Inilah Makna Perayaan HUT RI Menurut Juara 1 Pengelola PAUD Tingkat Nasional, Henny Jacobs M.Pd

Inilah Makna Perayaan HUT RI Menurut Juara 1 Pengelola PAUD Tingkat Nasional, Henny Jacobs M.Pd
Henny Jacobs M.Pd
Sebagai masyarakat Indonesia, kita merasa bangga menjadi bangsa Indonesia. Negeri yang indah dan kaya akan sumber daya alamnya.  Kekayaan dan kejayaan negeri inilah yang membuat para pejuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajahan, agar Indonesia tetap merdeka dan berdaulat.
 
Memperingati perjuangan para pahlawan dalam meraih kemerdekaan, setiap tahun selalu diadakan upacara bendera pada tanggal 17 Agustus. Upacara memperingati hari kemerdekaan, dan bagaimana mengisi kemerdekaan yang telah diraih dengan tetes darah dan nyawa para pahlawan bangsa. 
 
72 tahun sudah kemerdekaan ini, lalu apa kontribusi bangsa ini dalam menegakkan kejayaan bangsa. Inilah gambaran Indonesia di usia senjanya, para elit politik saling berebut kekuasaan, masyarakat yang pada “mabuk” dengan “digital” , narkoba sudah merajela sampai ke pelosok desa dan gejala-gejala sosial lainnya yang merusak sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
 
Kita tidak bisa saling menyalahkan, negeri ini perlu sumber daya berkualitas yang mampu mengangkat martabat bangsa, mengisi kemerdekaan dengan pembangunan di segala bidang. termasuk pembangunan akhlak dan moral bangsa. Penanaman nilai-nilai karakter, agar etika dan moral bangsa ini tidak tergerus oleh arus modernisasi.
 
Perayaan tujuh belas Agustus menjadi ciri khas di masyarakat. Berbagai lomba dan kegiatan dilakukan untuk memeriahkan ulang tahun kemerdekaan Indonesia. Uniknya kegiatan lomba ini dilaksanakan sampai ke tingkat RT. Lalu apa makna dari jenis-jenis lomba yang diadakan tersebut?
 
Lomba makan kerupuk
 
Lomba ini merupakan jenis lomba yang favorit setiap tahun karena tidak pernah ketinggalan pada setiap perayaan tujuh belas agustusan. Lomba makan kerupuk ini bisa di ikuti oleh setiap lapisan masyarakat, mulai dari anak usia dini bahkan lucunya ada juga kategori nenek-nenek  yang ikut lomba ini.
 
Makna lomba makan kerupuk ini adalah mengenang zaman penjajahan dimana masyarakat termasuk para pejuang kekurangan bahan pangan. 
 
Pada masa penjajahan hasil panen diambil oleh kaum penjajah. Masyarakat kekurangan bahan makanan, sehingga kerupuk menjadi lauk yang dimakan bersama nasi dan makanan pokok lainnya. Masyarakat banyak yang kelaparan dan mengalami gizi buruk. Lomba Makan kerupuk dengan tangan dibelakang atau ada yang diikat menunjukkan kesulitan pangan pada saat penjajahan.
 
Nilai karakter:
 
Lomba ini mengajarkan tentang nilai kesederhanaan dan kesetaraan, dimana kerupuk manjadi makanan kesukaan baik orang kaya maupun yang miskin. Dalam pelaksanaan lomba peserta tidak boleh menggunakan tangan, ini mengajarkan nilai perjuangan. Walaupun tangan terbelenggu tetapi berusaha untuk bisa makan. Nilai perjuangan ini ditanamkan agar generasi muda selalu optimis dalam kondisi apapun, membebaskan diri dari kemiskinan.
 
Pacu Goni (Balap Karung)
 
Lomba pacu goni juga selalu menjadi salah satu jenis lomba yang selalu ada pada setiap kegiatan perayaan tujuh belas Agustus, dan juga dapat diikuti  anak-anak sampai orang dewasa. Pacu goni ini adalah lomba untuk mengingatkan bangsa ini ketika sedang di jajah Jepang. Sebagian besar rakyat menderita karena bahan pakaian sengaja tidak didistribusikan sehingga yang ada hanya goni bekas.  Karung goni menjadi alternatif bahan pakaian pada zaman penjajahan.
 
Nilai Karakter:  
 
Berlari ketika berada dalam karung goni menunjukkan keterbelengguan. Karena betapa sulitnya berlari ketika kedua kaki terkungkung. Lomba ini menanamkan nilai perjuangan, ketabahan dan kemandirian agar mencapai suatu tujuan. Mengajarkan generasi muda untuk tidak mau dijajah baik oleh penjajahan maupun oleh kemiskinan dan kebodohan. 
 
Panjat Pinang
 
Lomba panjat pinang seakan menjadi icon perayaan tujuh belas Agustus, dan menjadi hiburan bagi masyarakat. Lomba ini bermula pada zaman kolonial dikenal dengan istilah “de Klimmast” artinya memanjat tiang. Dirayakan untuk memperingati hari lahir Ratu Wihelmina. Selanjutnya diadaptasi oleh masyarakat untuk merayakan kemerdekaan Indonesia.
 
Nilai Karakter : 
 
Lomba ini mengajarkan nilai kerjasama, bahu membahu, gotong royong untuk mencapai suatu tujuan. Nilai tidak mudah menyerah atau putus asa, karena ketika sudah hampir mencapai puncak tiang teradang peserta meluncur ke bawah lagi, tetapi dengan semangat dan kerjasama serta rela berkorban maka apa yang dicita-citakan bisa tercapai.
  
Sebenarnya masih banyak lagi jenis permainan yang dilombakan dalam memperingati ulang tahun kemerdekaan Indonesia, tetapi disini kita dapat memaknai dan melihat penanaman nilai-nilai karakter dari setiap pemainan yang ada.  72 tahun bukan usia yang muda bagi bangsa ini, tetapi kita bisa lihat sejauh mana kemerdekaan ini di tangan generasi penerus. Nilai-nilai karakter ini harusnya lebih dimaknai, bukan hanya tradisi tetapi mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
 
Seperti diutarakan di awal bahwa bangsa ini semakin kehilangan jati dirinya, bangsa yang 72 tahun lalu begitu semangatnya berjuang melawan penjajah, tetapi kita bisa lihat di usianya yang senja saat ini. Masyarakat semakin egois, nilai ketimuran semakin luntur, narkoba merambah sampai ke anak-anak menyelusuri hingga ke pelosok desa. 
 
Peringatan tujuh belas Agustus tahun ini, dapat dimaknai dengan lebih menekankan kepada penanaman nilai-nilai karakter. Agar bangsa ini tidak semakin renta dan bisa lebih mudah dikuasai dan diatur oleh negara lain. Bangkitlah Indonesiaku…….
 
 
Penulis: Henny Jacobs M.Pd (Juara 1 Pengelola PAUD tingkat Nasional tahun 2017)

#Pendidikan

Index

Berita Lainnya

Index